..::Wartawan Surat Kabar Umum Zona Merah yang resmi dilengkapi Kartu Pers (ID Card) & Surat Tugas Liputan dan namanya tercantum dalam box, bila ada oknum yang mengaku-ngaku wartawan kami, segera laporkan ke redaksi dan apabila merugikan anda segera laporkan ke Pihak Kepolisian::..

Metropolitan

Banjir, Lurah Wijaya Kusuma Beri Pengarahan Warganya
Lurah Wijaya Kusuma Amrin Ismail. SE (kanan)
JAKARTA, Zona Merah -Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memerintahkan kepada seluruh jajaran yang berada di Suku Dinas, Camat, dan Lurah beserta anggota Satpol PP untuk sering turun ke bawah.
Proses turun ke lapangan, menurutnya, dilakukan oleh pejabat agar tahu permasalahan yang sering dihadapi oleh warganya. Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam kunjungan kerja di kantor wali kota Jakarta Barat. Dalam kunjungan kerja tersebut dihadiri oleh Camat dan Lurah seluruh Jakarta Barat. “Jangan sampai saya ke kampung ke tiga kali, tapi pak camatnya belum pernah datang. Saya ke kampung dua kali saya dengar pak lurahnya belum pernah datang, “kata Jokowi saat menyampaikan himbauannya di Ruang Pola, Lantai II, Kantor Walikota Jakarta Barat, beberapa pekan yang lalu. Jokowi menjelaskan, dia sering berkunjung ke kampung-kampung dan berbincang langsung dengan warga aspirasi disampaikan langsung oleh warga. Dia menilai, jika permasalahan warga disampaikan oleh pihak ketiga akan beda penerimaan aspirasinya langsung. “Itu yang ngomong orang kampungnya langsung. Senang saya dengarnya. Tapi buat bapak-bapak tidak senang. Biasanya, apa yang dikatakan orang kampung itu apa adanya, “ujarnya. dalam kunjungannya tersebut, Jokowi yang menggunakan kemeja putih dan jas serta celana hitam itu memerintahkan agar pejabat terkait agar lebih memberi akses bagi wartawan terkait informasi di lingkungan sekitar wilayahnya. “Se-karang di Balai Kota masalah keterbukaan sudah ada. Media, wartawan itu cari-cari informasi itu sudah gampang. Sehingga media gampang menyampaikan program-program di daerahnya. Hal tersebut disampaikan Joko Widodo, Walikota dan, Camat berserta Lurah kepada Ketika Penelusuran Tim Zona Merah mengungkap berapa pekan yang lalu Kepada Lurah Amrin Ismail. SE Wijaya Kusuma Jakarta Barat menjelaskan kepada Wartawan kunjungan kerja memberikan pengarahan kepada RW dan RT berserta staf dan jajarannya, “ketika acara selesai Tim RPI melakukan konfirmasi kepada H.Maih Karyadi Ketua Rw 005 Wijaya Kusuma Jakarta Barat berserta Staf dan pengurusnya mendapatkan kunjungan kerja Lurah Amrin Ismail. SE Wijaya Kusuma berserta staf  di halaman kantor  Rw 005 Wijaya Kusuma Jakarta Barat  rapat kerja jajaran Rt dan Rw, tokoh masyarakat berserta pemuda kumpul membahas banjir,kebakaran, dan kebersihan lingkungan tersebut kata ketua RW H.Maih Karyadi. Terhitung hingga Rabu (16/1) siang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, banjir yang melanda Jakarta sudah merendam  permukiman yang ditempati sekitar 20.275 kepala keluarga atau 63.686 jiwa yang tersebar di 39 kelurahan. “Tinggi banjir bervariasi dari 10 cm hingga 3 meter. Di Kampung Melayu, Cawang, dan Bukit Duri tinggi banjir mencapai 2,5 meter,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BN-PB, Sutopo Purwo Nugroho. Dia membeberkan, akibat banjir yang merendam warga sebanyak 9.374 jiwa terpaksa mengungsi. Jumlah pengungsi terbanyak di Kel. Kampung Melayu yaitu 2.257 jiwa. Pengungsi ditempatkan pada RS. Hermina, GOR Jakarta Timur, Masjid Attawabin, Mushola Awabin, Aula Sudinkes Jakarta Timur, Aula Masjid Ihttihadul Ikhwan. Jumlah pengungsi di Jakarta Timur mencapai 4.311 jiwa yaitu di Kel. Kampung Melayu yaitu 2.257 jiwa. Sedangkan jumlah pengungsi lain ter-sebar di Kel. Bidara Cina dengan jumlah 949 ji-wa, Kramatjati dengan jumlah 500 jiwa, Cililitan dengan jumlah 605 jiwa. Di Jakarta Selatan pengungsi mencapai 2.127 jiwa yang tersebar di Bukit Duri sebanyak 1.151 jiwa, Pejaten Timur sebanyak 60 jiwa, Pondok Pinang sebanyak 48 jiwa, Ulujami sebanyak 150 jiwa, Pondok Labu sebanyak 65 jiwa, Tanjung Barat sebanyak 567 jiwa, dan Lenteng Agung sebanyak 86 jiwa. Se-mentara di Jakarta Barat pengungsi mencapai 2.426 jiwa yang tersebar di Kedoya Selatan berjumlah 24 jiwa, “Kelurah Wijaya Kusuma berjumlah 510 jiwa, Kedaung Kaliangke berjumlah 300 jiwa, dan Rawa Buaya berjumlah 2.102 jiwa. Untuk wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara tidak ada warga yang mengungsi. “Untuk korban jiwa, hingga saat ini tercatat ada dua orang meninggal yaitu satu anak di Kel. Tanjung Duren yang hanyut di sungai dan satu orang di Kampung Melayu,”jelasnya. Ngadu ke Wapres  Menghadapi musibah banjir ni, Gubernur DKI Jokowi agaknya sudah mulai ‘pusing’. Dia pun sempat mengadukan hal ini kepada Wakil Presiden Boediono, untuk mencari solusi. Kepada Wakil Presiden, Gubernur Jokowi membahas program yang dibuat mantan Gubernur  Fauzi Bowo soal pembangunan waduk di Ciawi, Jawa Barat.“Tadi yang dibahas itu mengenai loopline DKI kereta api, lalu soal banjir dan pemecahannya secara konsepsional. Nah kami melihat rencana pembangunan waduk Ciawi yang dijadikan topik,”ungkap Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto yang mendampingi Wapres Boediono dalam pertemuan tersebut. Gubernur DKI Jokowi yang berkunjung 20 Januari 2013 Di Wijaya Kusuma Jakarta Barat memberikan sembako kepada H.Maih Karyadi Ketua RW 05 Kel.Wijaya Kusuma Jakarta Barat dan memwakilkan kepada  warga yang kena musibah banjir. “Cetusnya Ketua Rw 05 Wijaya Kusuma Jakarta Barat Kita bersyukur wilayah dapat bantuan beras, Indomie nasi bungkus mengalir kata Karyadi. Arfendy


Ruang  Terbuka  Hijau  Jakarta
JAKARTA, Zona Merah -Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan, boleh dibilang tak lagi memiliki arah pembangunan yang jelas. Pembangunan mega proyek, tak ubahnya belantara beton kota seperti gedung pencakar langit, mal, apartemen dan jalan raya seolah tak lagi menawarkan keramahan terhadap ruang publik. Area lahan terbuka hijau telah berubah fungsi misalnya menjadi pom bensin, maupun sekolahan swasta, bahkan disulap menjadi area tempat pedagang kaki lima (PKL) dan lain sebagainya. Begitu juga, kawasan pemukiman banyak beralih menjadi tempat usaha. Mengapa demikian?. Apakah dengan lahan terbuka hijau  banyak menggerus pengeluaran biaya anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) terhadap pemeliharaan ataukah memang lebih baik mengurus pendirian tempat bisnis seperti pembangunan gedung yang bisa mendatangkan pendapatan besar?. Bila demikian, inilah yang perlu dievaluasi oleh Pemerintah Provinsi  (Pemprov) DKI Jakarta. Tercatat sampai saat ini saja dari data yang didapat ada sekitar 200an tempat pusat perbelanjaan berdiri di kota ini, yang menambah padatnya Jakarta. Apalagi masalah kemacetan di wilayah DKI Jakarta akan bertambah ruwet dan semrawut di tahun 2014, masalahnya bukan saja karena pertumbuhan kendaraan bermotor yang luar biasa dan tidak sebanding pertumbuhan jalan, tetapi juga semakin berkembangnya pembangunan pusat giat dan pemukiman yang tidak terkendali serta tidak sesuai rencana tata ruang wilayah, Hal ini sangat penting menjadi masukan bagi Pemprov DKI Jakarta, artinya apakah pembangunan yang dijalankan saat ini sudah sejalan dengan rancangan yang ditetapkan sebelumnya?. Jadi jangan sampai  generasi mendatang bertanya dimanakah taman kota dan hutan kota ?. Jangan sampai mereka hanya tahu hutan beton kota saja yang memenuhi kota Jakarta ter-cinta. Bila demikian, bisa disimpulkan telah terjadi penyimpangan pola pembangunan tata kota ini yang terkesan dibiarkan saja, karena tak pernah ada tindakan tegas pemerintah terhadap berbagai pelanggaran penerapan tata ruang. Nah jika Jakarta tidak jelas pola pembangunan tata ruangnya, maka arah jari telunjuk mengarah pada pejabat Pemprov yang layak disalahkan. Anehnya hampir tak pernah ada pejabat yang disalahkan apalagi sampai diseret ke meja hijau akibat penyimpangan pelanggaran bangunan yang terjadi. Tak heran jika di kawasan di benua Asia, Jakarta jauh tertinggal dari kota-kota besar lainnya dalam menyediakan ruang ter-buka hijau (RTH) atau area publik, bisa dilihat se-perti trotoar dan taman banyak yang berubah fung-sinya sehingga tidak nyaman untuk digunakan. Mi-salnya trotoar jalan banyak digunakan oleh pe-dagang kaki lima dan parkir liar. Kondisi ini tak boleh dibiarkan, kala kota-kota besar di luar negeri berlomba memperluas RTH, anehnya Jakarta justru terjebak mendirikan bangunan gedung-gedung mati yang tak memberi ruang napas kehidupan bagi ekosistem makhluk hidup.Kini harapan Jakarta ter-gantung dari kepemimpinan yang  berani bersikap dan bertindak tegas. Harapan itu layak ditujukan dengan terpilihnya Joko Widodo akrab disapa Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kenapa Jokowi bisa memberi harapan Jakarta lebih hijau, karena dalam kampanye pemilihan Gubernur DKI, Jokowi bertekad akan memperluas dan mempercantik RTH Jakarta. Memang warga kota Jakarta tak boleh terpedaya dengan janji-janji politik politisi saat berkampanye yang menawarkan program-program kerjanya, tapi setidak-tidaknya melihat trade record Jokowi semasa jadi Walikota Solo juga layak diacungkan jempol. Keberhasilannya membangun tata kota beriringan dengan keindahan area publik seperti RTH, menjadikan Solo sebagai kota yang ramah lingkungan. Dari berbagai kebijakan Jokowi yang populis, kerap turun lapangan ke lokasi tidak mengandalkan laporan dari bawahannya, hal ini sangat diharapkan sekali warga ibukota akan tipikal kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI, dimana warga berharap tuah Jokowi membenahi dan memperluas RTH yang kini makin susut. Jokowi pernah bilang dalam kampanyenya, ketersediaan RTH di Jakarta baru mencapai sekitar 12 persen, sehingga masyarakat sulit untuk dapat berolah raga dan berjalan santai di ibukota. Idealnya, Jakarta memiliki ruang terbuka hijau hingga 20 persen, baru bisa menjadi kota yang sehat, maka sudah keharusan RTH harus diperbanyak. Kota yang se-hat itu harus memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang masyarakat untuk melakukan aktivas secara sehat. Kriteria kota yang sehat itu, antara lain harus memiliki banyak trotoar, jalur pejalan kaki, ruang terbuka hijau, ruang publik dan juga jalur sepeda. “Kalau tidak ada itu semua, bagaimana warganya bisa sehat,” ujar Jokowi. Untuk mewujudkan RTH di DKI Jakarta dibutuhkan keberanian besar Gubernur DKI Jakarta untuk mengambil sikap, komitmen menuju Jakarta lebih hijau. menengok kebelakang faktanya jumlah RTH tidak sebanding dengan jumlah Mall yang berdiri, kenyataanya Pemprov DKI memberlakukan moratorium pemberian izin mal baru di Jakarta hingga 31 Desember 2012. Kini tinggal bagaimana komitmen, ujarnya.Ivan Suryadi


Sedang Memijit Serine Tertanda Pawai Kerukunan Umat Oleh Gubernur Banten Hj.Rat Atut Chosiyah,SE
BANTEN, Zona Merah - Gubernur Banten,Hj. Ratu Atut Chosiyah melepas Pawai Kerukunan Umat Beragama pada puncak acara Hari Amal Bakti (HAB) Ke-67 Kementerian Agama Tingkat Provinsi Banten di Stadion Maulana Yusuf Serang, Senin (07/01). Turut hadir dalam acara ini Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Prof. DR. Djamil MA, Wakil Gubernur Banten, H. Rano Karno, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Banten, H. Iding Mujtahidin, M. Pd, Danrem 064/MY- Kol. Inf. Joko Warsito, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Banten, H. A. Bazari Syam dan tamu undangan lainnya. Dalam sambutannya Gubernur Banten menyambut baik dan memberikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan pawai kerukunan umat beragama yang melibatkan seluruh pemukatokoh agama beserta umat beragama di Provinsi Banten. “Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi wahana untuk memperkuat komitmen kita bersama guna meningkatkan kerukunan intern dan antar umat beragama serta kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah sebagai salah satu syarat utama dan modal dasar terwujudnya kerukunan nasional, demi tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa, dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia” ungkapGubernu. Sementara itu, DirjenBimas Islam Kementerian Agama RI Pemerintah Provinsi Banten yang telah menggagas acara Pawai Kerukunan Umat Beragama yang secara nasional baru pertama kali dilaksanakan.“Saya mewakili Kementerian Agama RI tentunyasangat mengapresiasi dan mendukung terlaksananya kegiatan Pawai Kerukunan Umat Beragama ini. Semoga kedepan kegiatan ini dapat terus dilaksanakan dan  dapat menjadi contoh bagidaerah lain,”ungkapnya.KepalaKanwil Kementerian Agama Provinsi Banten H. Iding Mujtahdin, M.Pd dalam laporannya menyampaikan Kegiatan Pawai Kerukunan Umat Beragama ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Peringatan Hari Amal Bakti(HAB)Ke-67 Kementerian Agama RI Tahun 2013.Kegiatan ini diikuti sekitar 6.000 orang peserta pawai yang berasal dari 6 (enam) Agama yang ada di Provinsi Banten, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu dan Mulana Yusuf ini akan finish di Alun-alun Barat Kota Serang dan akan memperebutkan kerukunan Agama. Eni uraeni


Taman Makam Pangeran Wijaya Kususma
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Harus Bisa Menarik Wisatawan

JAKARTA, ZM - Pantauan Tim Zona Merah (ZM) mengungkap Guna melestarikan peninggalan masa  dulu yang mengandung nilai sejarah tinggi, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta penting melakukan perawatan rutin guna menjaga dan melestarikan bangunan-bangunan kuno yang menjadi cagar budaya. Salah satunya Taman Makam Pangeran Wijaya kususma yang terletak di Pangeran Tubagus Angke Jl.Kampung Gusti RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Ba-rat. Pantauan Tim RPI Investigasi beberapakan yang lalu, sejumlah petugas satpol PP setempat tampak sedang mengecat tembok bagian luar Taman Makam Pangeran Wijaya kusuma. Hal ini dilakukan agar kawasan sekitar makam tetap indah, bersih dan sedap dipandang mata. Sementara itu, seorang pria setengah baya juga terlihat sibuk membersihkan sampah-sampah daunan yang ada di sekitar lapangan  makam tersebut. Melestarikan Cagar Budaya. Taman Makam Pangeran Wijaya Kusuma, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Harus Bisa Menarik Wisatawan untuk berkunjung soalnya sangat bersejarah terutama anak sekolah untuk mengerti perjuang pangeran Wijaya Kusuma bersejarah untuk anak bangsa. Angger Wijaya/Arfendy


Jl. Pangeran Tubagus Angke “Langganan” Banjir

JAKARTA, ZM-Pontret Banjir Jakarta Barat pada hari (Selasa, 15.01.2013) Akibat banjir yang kian meluas Rt 005/005 Kampung Gusti Kel. Wijaya Kusuma dan Jalan Raya Daan Mogot, Cengkareng Jakarta Barat, te-patnya didepan kantor Samsat DKI Jakarta masih menjadi “langganan” banjir. Banjir setinggi kurang lebih setinggi satu meter. Tidak hanya membuat kemacetan yang parah, tapi sejumlah mobil dan sepeda motor pun mogok lantaran mesin kendaraan kemasukan air ketika hendak menerobos genangan banjir. Beginilah kondisi lalu lintas di depan makam Wijaya Kusuma Jalan Pangeran Tubagus Angke Raya menujuh pesing dan ke Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat tepatnya didekat kantor Samsat DKI Jakarta rabu pagi lalu air semankin tinggi belum terlihat batuan dari pejabat wilayah dipantau oleh tim ZM Investigasi. Arus lalu lintas dari arah Grogol menuju Tubagus Angke Cengkareng pun lumpuh total akibat jalan raya yang menghubungkan Jakarta dan Tangerang ini terendam air dan hanya bisa dilintasi satu jalur. Beberapa kendaraan yang nekad menerobos genangan pun akhirnya mogok. Genangan yang kembali merendam Jalan Pangeran Tubagus angke dan Daan Mogot ini akibat tingginya intensitas hujan dan luapan kali Angke yang berada disisi jalan. Ketinggian air bahkan mencapai 80 centimeter. Kondisi ini dike-luhkan oleh penggendara karena waktu tempuh menjadi lama. Jalan Raya Daan Mogot, Jakarta Barat me-rupakan salah satu wilayah langganan banjir yang hingga kini belum teratasi. Kondisi kali Angke yang kian dangkal menyebabkan air dengan mudahnya meluap ke jalan raya. di depan makan wijaya kusuma banjir seleher orang dewasa mobil sedan banjir tengelam milik wartawan ZM. Arfendy


Berjuang Untuk Hidup, Demi Anak
JAKARTA, ZM - Pontret kehidupan anak bangsa hidup adalah sebuah perjuangan. Perjuangan melawan kemiskinan. Aku lakukan semua demi keluarga, demi menghidupi keluargaku. Kesibukan di pasar inilah, kujalani setiap hari.Ya maklum, aku sendiri berada di tengah-tengah suasana hiruk-pikuk, untuk mencari nafkah.
Hampir setiap hari aku berada di pasar ini, tanpa libur sekalipun. Kamsah, itulah namaku, atau biasa dipanggil dengan sebutan Bu Jabrik. Usiaku memasuki 50 tahun. Sudah tujuh tahun lebih, aku menjalani pekerjaan ini, sebagai pemungut sayuran bekas. Sisa sayuran yang berada di pasar darurat Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, setiap hari kukumpulkan.Sejak dimulai pukul 6 pagi, aku sudah menyibukkan diri mencari sayuran bekas, diantara tumpukkan sampah-sampah sisa sayuran yang memang sengaja dibuang oleh pemiliknya. Tiap paginya, aku mencari ceceran-ceceran sampah sayuran, di depan lapak milik para tukang sayur.
Karena di tempat itulah, kebanyakan sampah sayuran dibuang. Pemilik lapak sayuran dengan sengaja, membuang sayuran yang tidak layak pakai di depan lapaknya. Dengan modal penutup kepala dan bakul, aku memilih sayuran bekas yang aku anggap masih layak dimakan.Aku berjalan menyusuri didepan lapak sayur, sambil mengais dengan tangan untuk mengambil sayuran. Disini aku biasa mengambil sayur sawi putih, kangkung dan bayam.
Kadang-kadang aku dikasih sayuran yang masih segar oleh tukang sayur. Aku bisa memilih sayuran bekas, di pasar ini. Sebab hampir di setiap lapak banyak sayuran dibuang. Hasil memungut sayur, aku membawa-nya pulang kerumah, untuk dijual kepada te-tangga. Seikat sayur, aku jual lima ratus rupiah. Meski kondisiku seperti ini, ada juga yang ngutang sayuran, dan ada juga yang minta, dengan terang-terangan. Dalam sehari pendapatanku menjual sayur 10 ribu rupiah. Uang sebanyak itu, hanya untuk membeli beras, dan lauk-pauk secukupnya. Penghasilanku tidak menentu, kadang-kadang bisa lebih atau kurang. Tergantung datangnya aku ke pasar, jika aku datang siang, aku akan mendapat sayuran bekas lebih sedikt. Karena tukang sampah di pasar, sudah membersihkannya. Segmen dua: Aku hidup dan mencari nafkah sendiri. Di rumah, aku menjadi topangan hidup anak-anakku, dan sekaligus menjadi kepala keluarga. Suamiku Koing, sudah tujuh tahun lebih meninggalkanku tanpa jelas.
Posisiku kini digantung oleh suamiku. Aku tidak memperoleh status yang jelas.Sebab suamiku pergi meninggalkanku dan anak-anaknya tanpa sebab.Aku tinggal di kawasan kumuh, di daerah Kampung Gusti, Tubagus Angke, Jakarta Barat. Tempat tinggalku bisa di-bilang gubuk. Karena sangat tidak layak dihuni. Lantai rumah bukan terbuat dari lantai keramik. Melainkan hanya puing-puing batu bekas. Aku dan anakku tinggal di bagian atas, meski kayu rumah sudah mulai rapuh. Kendati hiduku susah, aku masih menampung seorang nenek bernama Itih. Nenek itih masih keluarga dari suamiku. Ia juga kerap menjaga anak-anakku ketika aku mencari sayuran bekas. Aku memiliki 13 anak. Tiga anakku sudah lebih dahulu meninggal dunia. Tiga anakku yang lainnya sudah menikah dan tinggal di luar kota. Aku kira nasib ketiga anakku sama dengan diriku. Kini aku menanggung 5 anakku yang masih kecil-kecil. Selain bekerja sebagai pemungut sayuran be-kas, aku juga sebagai pemijat keliling untuk tetangga. Hidupku tambah morat-marit, ketika suamiku pergi begitu saja. Sepertinya hidup ini, tidak berguna lagi bagi aku. Namun demikian aku selalu berdoa agar anak-anakku dapat penghidupan yang layak seperti teman-temannya. Segala kebutuhan hidupku sangat tergantung sekali dengan tetangga. Untuk makan sehari-hari saja aku sering kekurangan. Bahkan anakku yang paling kecil bernama Yayu, beberapa tahun lalu, pernah terserang penyakit busung lapar. Semua anak-anaku, Neneng, Ade, Enong, Nyai, Yayu hampir tidak mendapatkan makanan yang baik. Ketiga anakku terpaksa putus sekolah, tiga tahun yang lalu. Kini aku hanya bisa membiayai kedua anakku yang masih kelas satu.. Aku hanya berharap ada berkah dan rezeki agar anak-anakku kelak besar nanti tidak hidup selalu susah, seperti sekarang. Harapan demi harapan hanya Tuhan yang mengabulkan permo-honanku.(Djoko Sulistyono. Ibu Chamsyah inilah tempat  saya sesuai dengan alamat: Jalan Pangeran Tubagus Angke. Kampung Gusti Rt 08/005 Kelurahan Wijaya Kusuma Jakarta Barat, hidup ini perlu berjuang asal kita jujur dan berdoa kepada Allah. Arfendy